Zinedine Zidane berhasil dalam menjuarai Liga Champions kala masih aktif bermain dan ketika telah jadi pelatih. Zidane menjelaskan mengenai perbedaan dari keduanya. Dapatkan sensasi nya lewat permainan slot yang seru jikalau menang menjadikan itu keberuntungan.
Zidane juara Liga Champions bersama dengan Real Madrid, baik sebagai posisi pemain maupun posisi pelatih. Ketika masih jadi pemain, Zidane sendiri sempat berjaya di Liga Champions 2001/2002 pasca mengalahkan Bayer Leverkusen di final.
Zidane mencetak satu gol melalui pertandingan final kala melawan Leverkusen tersebut. Gol tendangan volinya kala itu tampak jadi salah satu gol termasyhur di dalam Liga Champions.
Melanjutkan karier layaknya sebagai pelatih, Zidane sendiri kembali mengangkat Si Kuping Besar bersama dengan Madrid. Pria asal Prancis itu bahkan sempat juga dalam membawa Madrid hat-trick juara Liga Champions kala musim 2016-2018.
Zidane menyebut bahwa juara Liga Champions sebagai pemain dan pelatih terasa sangat berbeda. Dia merasakan tanggung jawab yang begitu besar ketika jadi pelatih.
“Beda, tapi semua indah. Sebagai pelatih, Anda bertanggung jawab atas 25 pemain, tapi bukan cuma itu, Anda juga bertanggung jawab atas nama seperti Real Madrid dan untuk sebuah institusi,” ujar Zidane melansir L’Equipe.
“Sebuah beban besar yang Anda pikul dengan cara berbeda ketika masih jadi pemain. Ketika Anda menang, dan juga tiga kali beruntun, ada rasa telah memenuhi tugas.”
Ketika masih jadi pemain, Zidane kala itu merasa tugasnya ‘selesai’ pasca berlatih. Sementara pada saat telah menjadi pelatih, Zidane bekerja secara lebih lama. Dapatkan sensasi nya lewat permainan slot yang seru jikalau menang menjadikan itu keberuntungan.
“Juara sebagai pemain tidak sama investasinya. Sebagai seorang pemain, saya akan datang latihan pukul 9 pagi. Saya pulang jam 1 siang dan sudah di rumah,” lanjut pria yang genap berusia 50 tahun pada 23 Juni ini.
“Sebagai pelatih, saya akan tiba jam 8 pagi dan seringnya pulang jam 11 malam. Harinya dan stresnya berbeda. Di sini Anda bekerja dan bukan cuma untuk diri sendiri. Tidak pernah berhenti.”
“Secara fisik, kadang saya di rumah, tapi otak saya masih di stadion. Saya sudah berpikir soal latihan keesokan harinya, soal apa yang harus saya katakan ke pemain,” kata Zinedine Zidane.